Jamaluddin Al-Afghani
Pelopor Kebangkitan Islam
Awalnya Jamaluddin menjauh dari politik dan memusatkan perhatian pada ilmu pengetahuan dan sastra. Namun ketajaman kritikannya membuat kaum colonial merasa gerah.
Tidak berlebihan jika Jamaluddin Al-Afghani disebut sebagai pelopor kebangkitan islam. Tokoh ini banyak menyeru kepada kaum muslimin agar bersatu melawan kolonial Inggris di berbagai Negara.
Jamaluddin dilahirkan tahun 1838. Tempat kelahirannya sulit dipastikan. Ia mengaku lahir di Asadabad , Konar, distrik Kabul, Afghanistan. Versi lain, terutama dari lawan-lawan politiknya, menyebutkan Jamaluddin lahir di Asadabad dekat Hamadan, Iran. Menurut versi ini, Jamaluddin pergi menyelamatkan dirinya dari kesewenangan penguasa Persia (Iran) yang tidak menyukainya pada saat itu.
Jamaluddin menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan. Setelah dewasa banyak berjuang di Mesir, India, bahkan sampai ke Prancis. Pada usia 18 tahun Jamaluddin tak hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami falsafah, hokum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi, dan astrologi. Ia seorang yang cerdas, jauh melampaui remaja-remaja seusianya di Kabul.
Karena kepintarannya, Jamaludin diminta pangeran Dost Muhammad Khan menjadi penasehatnya pada 1864. Ketika Dost Muhammad Khan mangkat, penggantinya Amir Shir Ali meminta Jamaluddin menjadi mentri.
Ketika Shir Ali dijatuhkan, dengan dalih akan menunaikan haji pada 1869, Jamaluddin meninggalkan Afghanistan. Sejak itulah keterlibatan Jamaluddin dengan gerakan internasional antikolonialisme Barat dimulai.
Setelah singgah di India,_ia kemudian hijrah ke Istambul telah lebih dulu mendengar kealiman dan perjuangannya, tokoh-tokoh masyarakat di ibu kota Utsmaniyah itu menyambutnya dengan gembira.
Belum lama tinggal di Istambul, Jamaluddin diangkat menjadi anggota majelispendidikan dan mulai diundang berceramah di Aya Sophia dan masjid ahmadiyah.
Namun, popularitas Jamaluddin mengundang kecemburuan Hasan Fahmi. Syaikhul Islam dan Mufti itu telah berhasil MEMFITNAH Jamaluddin didepan sejumlah mahasiswa dan cendekiawan di lembaga Darul Funun. Hasan Fahmi menuduh Jamaluddin telah menyatakan bahwa kenabian itu termasuk kategori seni.
Karena fitnah itu, Jamaluddin memutuskan untuk meninggalkan Istambul dan pindah ke Kairo. Di Kairo, ia disambut gembira oleh penguasa dan cendekiawan. Dia tidak perlu menunggu lama untuk dikerumuni oleh banyak pengagum, baik dari kalangan ulama maupun nasionalis, termasuk Muhammad Abduh.
Pada awalnya, Jamaluddin mencoba menjauh dari politik dengan memusatkan perhatian pada ilmu pengetahuan dan sastra Arab. Rumahnya dijadikan tempat pertemuan para pengikutnya. Disinilah ia memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya adalah Mohammad Abduh Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir.
Tetapi, karena kegiatan politik dan agitasinya yang tajam terhadap campur tangan Inggris soal “dapur” Mesir, pada 1879, atas desakan Inggris, Jamaluddin diusir dari Mesir. Ia dibawa ke India, ditahan di Hiederabad dan kalkuta, baru dibebaskan setelah pemberontakan Urabi di Mesir pada 1882 berhasil ditumpas.
Pada 1883, Jamaludin pindah ke London, lalu ke Paris. Ia mendirikan perkumpulan al-Urwatulwuthqa bersama Muhammad Abduh yang juga diusir dari Mesir karena dituduh terlibat pemberontakan Urabi Pasha yang gagal itu. Organisasi ini kemudian menerbitkan Jurnal yang mengecam keras Barat.
Penguasa Barat melarang Jurnal ini diedarkan di Negara-negar Muslim karena di khawatir kan dapat menimbulkan persatuan Islam. Karena dilarang diedarkan, usia Jurnal ini hanya delapan bulan setelah terbit selama 18 nomor.
Jamaluddin wafat di Istambul pada 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun. Sepanjang hayatnya, ia telah menulis puluhan karya dan buku, antara lain Pembahasan tentang Sesuatu yang Melemahkan Orang-orang Islam, Tipu Muslihat Orientalis, Risalah untuk Menjawab Golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia dan Hakikat Tanah Air.
Sumber: Khasanah05
Belum ada Komentar untuk "Jamaluddin Al-Afghani"
Posting Komentar